LAPORAN KEUANGAN
Artikel Versi Mascerdas
A. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan meliputi bagian dari proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisis Laporan Keuangan (2002:63), Laporan Keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan.
Menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Sedangkan menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
B. Jenis Dan Bentuk Laporan Keuangan
Menurut Wibowo dan Abubakar Arif, Jenis laporan keuangan yaitu:
1. Laporan Rugi Laba (Income Statement)
Jenis laporan keuangan yang dibuat setiap akhir periode akuntansi berisi mengenai semua pendapatan dan semua beban, yang terjadi selama periode akuntansi.
2. Laporan perubahan modal (Owner’s equity statement)
Laporan keuangan yang berisi mengenai modal awal, investasi, laba (rugi), periode berjalan, prive, dan modal akhir.
3. Neraca (Balance Sheet)
Laporan keuangan yang berisi mengenai jumlah harta (assets), kewajiban (liabilities), dan modal (owner’s equity), pada akhir periode akuntansi.
4. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
Laporan yang menggambarkan arus kas masuk (cash inflow), dan arus kas keluar (cash outflow) selama periode akuntansi dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan.
C. Tujuan Laporan Keuangan
Beberapa tujuan laporan keuangan dari berbagai sumber di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset perusahaan sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai bahan evaluasi dan perbandingan untuk melihat dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.
2. Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan apakah perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang sehingga akan menghasilkan keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.
3. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Selain untuk menilai kemampuan perusahaan, laporan keuangan juga bertujuan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.
D. Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010;35), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Harahap (2009:190), analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2001:37), analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan diambil.
2. Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009:195), kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).
c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.
f. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain:
1) Dapat menilai prestasi perusahaan.
2) Dapat memproyeksi laporan perusahaan
3) Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu:
a) Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Ekuitas)
b) Hasil Usaha Perusahaan (Hasil atau Beban)
c) Likuiditas
d) Solvabilitas
e) Aktivitas
f) Rentabilitas atau Profitabilitas
g) Indikator Pasar Modal
4) Menilai perkembangan dari waktu ke waktu
5) Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana
g. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
3. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:
a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
4. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2010:36), ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis horisontal dan analisis vertikal. Analisis horisontal adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya. Analisis vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara akun yang satu dengan akun yang lain dalam laporan keuangan tersebut sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja.
Menurut Munawir (2010:36-37), teknik analisis laporan keuangan terdiri dari :
1) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan:
a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.
e. Persentase dalam total.
Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
2) Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3) Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement), adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6) Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7) Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.
8) Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.
Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
5. Kelemahan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2009:203), kelemahan analisis laporan keuangan adalah :
1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek-aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan dan budaya masyarakat.
3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.
E. Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut Simamora (2002:357), analisis rasio merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen dari laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan atau menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan.
Menurut Margaretha (2004:22), penganalisaan rasio keuangan ada beberapa cara, di antaranya :
a. Analisis horisontal/trend analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu.
b. Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau standar industri untuk waktu yang sama.
Sedangkan menurut Riyanto (2010:329), dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu :
a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Kalau diketahui perubahan dari angka rasio tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan serta hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.
b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata industri.
Menurut Fahmi (2011:133), untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio, maka diperlukan adanya pembanding. Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam membandingkan rasio keuangan perusahaan, yaitu:
1. Cross sectional approach, merupakan suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
2. Time series analysis, merupakan suatu cara dengan membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembanding antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperhatikan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran.
Menurut Riyanto (2010:330), apabila dilihat dari sumber darimana rasio ini dibuat, maka dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Rasio neraca (Balance Sheet Ratios), yang digolongkan dalam katagori ini adalah semua data yag diambil dari atau bersumber dari neraca.
2. Rasio-rasio laporan laba-rugi (Income Statement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini adalah semua data yang diambil dari laba-rugi.
3. Rasio-rasio antar laporan (Interstatement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini adalah semua data yang diambil dari neraca dan laporan laba-rugi.
Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu :
1. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.
2. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang.
3. Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya.
4. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
Menurut Prihadi (2008:8), mengemukakan beberapa hal penggunaan rasio keuangan dengan variasinya:
1. Setiap peneliti berhak menentukan rasio yang digunakan.
2. Tidak ada regulasi tentang penggunaan rasio tertentu.
3. Setiap rasio mempunyai keterbatasan arti di samping kelebihannya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aspek rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas.
1. Rasio Likuiditas
Menurut Harahap (2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar. Mengenai rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 332), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Aset Lancar
Current Ratio = ------------------------
Kewajiban Lancar
Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah rasio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2011:61), kondisi perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya masalah seperti jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak tertagih.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Aset Lancar - Persediaan
Quick Ratio = --------------------------------------------
Kewajiban Lancar
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang retaif lama untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaannya lebih likuid dari pada piutang. Menurut Fahmi (2011:62), apabila menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai quick ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya.
2. Rasio Leverage
Menurut Harahap (2009:306), rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa resiko keuangan perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 333), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Total Kewajiban
Debt Ratio = -------------------------
Total Aset
Rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aset. Menurut Fahmi (2011:63), semakin rendah rasio ini semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi.
b. Time Interest Earned
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT) dengan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
EBIT
Time Interest Earned = ------------------------
Beban Bunga
Rasio ini menunjukkan sejauh mana besarnya jaminan keuntungan sebelum bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT) untuk membayar beban bunganya. Menurut Fahmi (2011:63), semakin tinggi rasio semakin baik karena perusahaan dianggap mampu untuk membayar beban bunga periode tertentu dengan jaminan laba operasi yang diperolehnya pada periode tertentu.
3. Rasio Aktivitas
Menurut Harahap (2009:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen aset. Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 334), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Harga Pokok Penjualan
Inventory Turnover = --------------------------------
Rata-rata persediaan
Rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus persediaan normal. Menurut Harahap (2009:308), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
b. Rata-Rata Periode Pengumpulan Piutang (Day’s Sales Outstanding)
Rasio ini merupakan perbandingan antara piutang dengan penjualan dibagi jumlah hari dalam setahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Piutang
Day’s Sales Outstanding = ----------------------------------
Penjualan / 360 hari
Rasio ini mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dari penjualan. Menurut Munawir (2010:76), kalau rata-rata periode pengumpulan piutang lebih dari 60 hari menunjukkan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian penagihan, sehingga tidak mampu menagih piutang pada saatnya, atau perusahaan tersebut telah memberikan syarat-syarat kredit yang terlalu lunak pada langganannya. Di samping itu semakin besar rasio ini bagi suatu perusahaan semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang.
c. Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Penjualan
Total Asset Turnover = ------------------------
Total Aset
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2009:309), semakin besar rasio ini semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya.
4. Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap (2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 335), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a. Margin Keuntungan (Profit Margin)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Laba Bersih
Profit Margin = ------------------
Penjualan
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Menurut Harahap (2009:304), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
b. Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
Return On Assets = ----------------------
Total Aset
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara efektif untuk menghasilkan laba.
c. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity)
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
Return On Equity = --------------------
Ekuitas
Rasio ini mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.
5. Analisis Du Pont
Menurut Syamsudin (2000:64), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan melalui pekalian antara keuntungan dari komponen-komponen sales serta efisiensi penggunaan total aset di dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256), analisis Du Pont adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROA.
Menurut Syafarudin (2003:128), analisis Du Pont penting bagi manajer untuk mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset turnover terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian beban dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur. Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROA (Return On Assets) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aset perusahaan.
Persamaan Du Pont (Du Pont equation) menurut Gitman (2003, hal 147):
ROA = Profit Margin x Total Assets Turnover
Laba Bersih Penjualan
ROA = ------------------- x ------------------
Penjualan Total Aset
Laba Bersih
ROA = -------------------
Total Aset
Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont merupakan analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan marjin laba, serta sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of return). Sistematika kerja analisis Du Pont ini adalah dengan menguraikan ROA yang merupakan angka banding atau rasio, antara laba yang diperoleh perusahaan (Marjin laba bersih) dengan besarnya total aset perusahaan. Melalui persamaan Du Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh dengan mengalikan marjin laba bersih dan perputaran total aset. Perputaran total aset diperoleh dari hasil bagi antara hasil penjualan dengan jumlah aset, sedangkan marjin laba bersih merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan hasil penjualan. Laba bersih merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban.
Menurut Munawir (2010:91-92), adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain:
1. Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aset.
2. Dapat membandingkan efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas rata-ratanya.
3. Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam bagian yang bersangkutan.
4. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
5. Dapat digunakan untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Menurut Munawir (2010:92-93), adapun kelemahan dari analisis Du Pont adalah :
1. ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROA perusahaan lain yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.
2. Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya).
3. Dengan menggunakan ROA saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.
6. Analisis Perbandingan
Menurut Harahap (2009:227), analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan ini juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau rasio. Tujuan analisis perbandingan ini adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan akun-akun laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.
Menurut Harahap (2009:227-228), dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik perbandingan ini, kita dapat membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan tahun lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan rasio normatif sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antarpos laporan keuangan dapat dilakukan melalui:
1. Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horisontal) misalnya laporan keuangan tahun 1993, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994. Perbandingan antara tahun 1996, 1995, 1994, dan seterusnya.
2. Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
3. Perbandingan dengan angka-angka standar industri yang berlaku (industrial norm). Di Indonesia standar ini belum ada tetapi di USA beberapa perusahaan mengkhususkan diri mensupply informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standar & Poor dan lain-lain.
4. Perbandingan dengan budget (anggaran).
5. Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.
F. Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio
Menurut Harahap (2009:298), analisis rasio mempunyai keunggulan dibandingkan teknik analisa lainnya, yaitu :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perubahan ditengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
5. Menstandarisir ukuran perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
Menurut Harahap (2009:298), keterbatasan analisis rasio itu adalah:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakai.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti ini.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron.
Dua perusahaan yang dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
0 komentar:
Post a Comment