Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Yuzar (2005) menyatakan, “Dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian bahan pelajaran yang mesti dipelajari dan menyampaikan bahan tersebut kepada anggota kelompok asal” (Isjoni, 2008:79).
Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim heretogen beranggotakan 4 sampai 5 orang, materi pelajaran yang diberikan kepada siswa dalam bentuk teks, setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu, dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lain menurut Aronson dkk dalam Sugiyanto (2009:45-46).
Pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan menjabarkan materinya tersebut kepada anggota kelompoknya yang lain. Siswa saling bergantung dengan yang lain dan harus bekerjasama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.“In Jigsaw technique the students are partisipants of two differents groups: main group and jigsaw groups” (Sahin, 2010; Oludipe and Awokoy, 2010). Hal tersebut dimaksudkan bahwa, dalam model pembelajaran Jigsaw terdiri dari dua kelompok yaitu Main groups dan Jigsaw groups.
Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan uraian diatas, bahwa Jigsaw adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan dan latar belakang yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Slavin, yaitu:
1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut “kelompok pakar” (expert group).
4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain dalam kelompok pakar.
5) Setelah dilakukan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode Jigsaw versi Slavin, pemberian skor dilakukan seperti dalam metode STAD. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan tertentu oleh guru (Sugiyanto, 2009:45).
Trianto (2007:56) menjelaskan tahap-tahap dalam model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw terdapat 6 tahap, antara lain :
1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang).
2) Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitupun siswa lainnya mempelajari kulit, dan lainnya lagi mempelajari hati.
4) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5) Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas untuk mengajar teman-temannya.
6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
Peneliti menyimpulkan tahap-tahap model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berdasarkan beberapa penjelasan diatas, yaitu :
1) Guru guru memberikan pengenalan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2) Guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi 4 bagian.
3) Siswa dibagi menjadi 6-9 kelompok asal (tergantung pada jumlah siswa), masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa.
4) Materi pertama dibagikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima materi yang kedua, siswa yang ketiga menerima materi yang ketiga, dan siswa yang keempat menerima materi yang keempat.
5) Siswa yang mempunyai tanggung jawab untuk mempelajari materi yang sama berkumpul untuk melakukan diskusi dalam kemlompok ahli.
6) Sehingga ada 4 kelompok ahli yang terbentuk. Kelompok ahli yang pertama bersama-sama mempelajari materi pertama, kelompok ahli kedua mempelajari materi yang kedua, kelompok ahli yang ketiga mempelajari materi yang ketiga, dan kelompok ahli yang keempat mempelajari materi yang keempat.
7) Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali pada kelompok asal untuk saling bertukar informasi tentang materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli.
8) Siswa mengerjakan tugas kelompok dan mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
9) Setelah melakukan kerja kelompok siswa diberi evaluasi secara individu.
10) Untuk meningkatkan keaktifan siswa, guru memberikan penghargaan pada kelompok siswa yang memperoleh nilai tinggi.
Pembagian kelompok tidak harus terdiri dari empat siswa tetapi disesuaikan dengan materi yang disajikan. Dapat dilakukan variasi jika tugas dan materi yang dikerjakan lebih banyak.
0 komentar:
Post a Comment