Tuesday, December 1, 2015

Model Pembelajaran Kooperatif



Artikel Versi Mascerdas


a. Pengertian Model pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif sering juga disebut dengan cooperative learning berasal dari kata cooperative artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Aspek yang menjadi fokus pembelajaran dalam pembelajaran ini adalah dimana siswa dituntut untuk ikut terlibat dalam proses berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Tujuannya agar siswa saling berinteraksi dengan harapan dapat mengembangkan ketrampilan komunikasi mereka. Johnson and Johnson berpendapat, “Pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa didalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut” (Isjoni, 2009:17). Cooperative learning merupakan pembelajaran yang memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok, atau dengan kata lain pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Slavin (1985) berpendapat, “Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen” (Isjoni, 2009:15). Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa, Cooperative learning merupakan model pembelajaran dimana guru mendorong siswa untuk melakukan kerjasama seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya untuk lebih meningkatkan keaktifan belajar pada peserta didik.

Pada dasarya cooperative learning mengandung pengertian pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membatu di antara sesama dalam struktur kerjasarna yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri (Solihatin, 2005:4)

Penjelasan  mengenai cooperative leraning diatas dapat dimengerti bahwa suatu pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah belajar.

Peneliti menarik kesimpulan berdasarkan definisi-definisi pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) yang telah diuraikan diatas, bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam kelompok kecil atau tim untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi dalam menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran. Peran masing-masing siswa dalam kelompok haruslah berorientasi pada kemajuan kelompok. Adanya tanggung jawab, komunikasi   dan   kemudian evaluasi   dalam   kelompok merupakan kunci utama dalam memaksimalkan fungsi dari kerja kelompok. Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif secara tepat akan membuat guru mengelola kelas lebih efektif.

b. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan yang dapat dilihat dari aspek siswa, yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan dan membahas suatu pandangan serta pengalaman yang diperoleh siswa dengan belajar secara bekerjasama. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif disampaikan oleh Pandey and Kishore (2003:53-54) sebagai berikut: “Cooperative learning can help students interact with each other, generate alternative ideas and make inferences through discussion. Thus, it provides the ingredients for higher throught processes to occur and sets them work onrealistic and adult-like task” (Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa berinteraksi satu sama lain, menghasilkan ide-ide alternatif dan membuat kesimpulan melalui diskusi. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif menjadi proses berpikir yang lebih tinggi dan membuat mereka bekerja pada tugas-tugas yang diberikan dan sesuai dengan mereka). Selaras dengan pernyatan di atas, beberapa pakar pendidikan mengemukakan secara lebih lanjut kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan pembelajaran kooperatif
Sugiyanto (2009:43-44) menjelaskan keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
a) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawan sosial.
b) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
d) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
e) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
f) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut sehingga masa dewasa.
g) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan.
h) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
j) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
k) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

Selain itu, Kagan dalam Warsono dan Hariyanto (2013:243-245) menyebutkan kekuatan pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
a) Meningkatkan prestasi akademis.
b) Meningkatkan saling pengertian antar ras dan antar etnik.
c) Meningkatkan kepercayaan diri.
d) Meningkatkan tumbuhnya empati.
e) Meningkatkan berbagai keterampilan sosial.
f) Mempererat hubungan sosial.
g) Iklim kelas menjadi baik dengan meningkatnya kesukaan bersekolah.
h) Meningkatkan inisiatif siswa dan tanggung jawab untuk memperoleh pencapaian yang baik dalam belajar.
i) Meningkatkan keterampilan untuk menerima perbedaan.
j) Salah satu jalan menuju tahap pemikiran tingkat tinggi adalah berinteraksi dengan sudut pandang yang berbeda dengan sudut pandang orang lain.
k) Meningkatkan tanggung jawab pribadi.
l) Meningkatkan partisipasi secara setara dan adil.
m) Meningkatkan durasi partisipasi.
n) Memperbaiki orientasi sosial.
o) Memperbaiki orientasi pembelajaran.
p) Meningkatkan pengetahuan pribadi dan keterampilan perwujudan pribadi.
q) Meningkatkan kecakapan sebagai pekerja (workplace skills).

2) Kekurangan pembelajaran kooperatif
Walaupun model pembelajaran ini memiliki banyak keuntungan, namun model pembelajaran kooperatif ini juga memiliki kendala dalam pelaksanaannya. Slavin dalam Huda (2013:68-69) mengemukakan bahwa ada tiga kendala utama terkait dengan pembelajaran kooperatif, yaitu :
a) Free Rider
Free Rider yang dimaksud  adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya, mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya yang lain.
b) Diffusion of Responsibility
Diffusion of Responsibility (penyebaran tanggung jawab) ini adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang “lebih mampu”.
c) Learning a Part of Task Specialization
Dalam beberapa metode tertentu, seperti Jigsaw, Group Investigation, dan metode-metode lain yang terkait, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian meteri yang berbeda antar satu sama lain. Pembagian ini sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi yang menjadi tanggung jawabnya, sementara bagian materi lain yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak digubris sama sekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Peneliti mengambil kesimpulan dari berbagai pendapat diatas, bahwa kelebihan pembelajaran kooperatif adalah dapat membantu siswa berinteraksi satu sama lain dalam mempererat hubungan sosial, meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif, menghasilkan ide-ide alternatif, serta membuat kesimpulan melalui diskusi. Kekurangan dari pembelajaran kooperatif adalah adanya beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya, beberapa anggota yang dianggap tidak mampu dalam penguasaan materi pelajaran cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang lebih mampu, serta pembagian materi yang sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi yang menjadi tanggung jawabnya, sementara bagian materi lain yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak digubris sama sekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu sama lain.

c. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning memiliki banyak tipe dalam penerapan model pembelajarannya, dan dari setiap tipe memiliki ciri khas berbeda serta memiliki kelebihan serta kekurangan pula. Menurut Slavin dalam Isjoni (2009) beberapa tipe model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah:

1) Student Teams-Achievement Divisions (ST'AD)
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif paling sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim menguasai pelajaran tersebut. 

2) Jigsaw
Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri atas empat sampai lima orang yang berbeda tingkat kemampuan, ras, atau jenis kelaminnya. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama dan selanjutnya mereka mendiskusikan topik tertentu. Pada tahap tersebut setiap ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Seteiah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke kelompoknya masing-masing.

3) Group Investigation
Dalam penerapan penelitian kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota lima atau enam siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. Tahap kegiatan yang dilakukan dalam penelitian kelompok yaitu: pemilihan topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis, sintesis, dan presentasi hasil final.

4) Rotating Trio Exchange
Pada model ini kelas dibagi kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya dikiri dan dikanannya, berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomer untuk semua anggota trio tersebut.

5) Teams-Games-Tournament (TGT)
Dalam metode ini siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk saling memahami materi dan mengerjakan tugas sebagai sebuah kelompok, dan dipadu dengan permainan yang berupa kompetisi antar kelompok. 

Sedangkan tipe-tipe model pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2013) dan Sugiyanto (2009) antara lain adalah:
1) Mencari Pasangan (Make a Match) 
Model pembelajaraan kooperatif yang salah satu keunggulannya adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Model pembelajaraan kooperatif tipe ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa.

2) Think Pair Share
Model pembelajaran kooperatif tipe ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari tipe ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

3) Number Head Together
Model pembelajaran kooperatif tipe ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Siswa juga dapat belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya.

4) Group Investigation
Model pembelajaran kooperatif tipe ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dalam ketrampilan proses. Tipe pembelajaran kooperatif ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif berpartisipasi dalam semua aspek, membuat keputusan untuk memutuskan arah tujuan yang mereka kerjakan. 

5) Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain.

6) Jigsaw
Tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim heretogen beranggotakan 4 sampai 5 orang, materi pelajaran yang diberikan kepada siswa dalam bentuk teks, setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan itu, dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lain.

7) Inside Outside Circle
Model pembelajaran kooperatif tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yaitu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.

8) Bamboo Dancing
Model pembelajaran kooperatif tipe ini memberikan modifikasi Inside Outside Circle karena keterbatasan rang kelas.

9) Point Counter Point
Model pembelajaran kooperatif tipe ini merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks. Format diskusi mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan berjalan lebih cepat. 

10) The Power of Two
Model pembelajaran kooperatif tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa dengan belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya.

11) Listening Team
Tipe pembelajaran kooperatif yang bertujuan melibatkan mental siswa secara maksimal, membangun suasana dialogis serta proses tanya jawab yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa untuk memperoleh pengetahuan yang merak konstruksi sendiri. 

12) Kancing Gemerincing
Model pembelajaran kooperatif tipe ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Keunggulannya adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam diskusi kelompok sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya ada juga anggota yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pa rekannya yang dominan. Model pembelajaran kooperatif tipe ini memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan penikiran orang lain. Dengan cara, setiap anggota kelompok mendapatkan kancing-kancing atau benda-benda kecil dengan jumlah yang sama, sebagai tiket yang harus digunakan setiap kali mereka ingin berpartisipasi berupa berpendapat, memberi informasi, maupun menyimpulkan dalam diskusi kelompok. 

Peneliti menyimpulkan berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, dapat dimengerti bahwa setiap model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri masing- masing dan pada dasarnya semua model tetap mengedepankan pembelajaran secara kelompok (team work) dalam kelas. Model pembeiajaran kooperatif Student Teams-Achievement Divisions, Jigsaw, Group Investigation, Rotating Trio Exchange, Make a Match, Tink Pair Share, Number head Together, Two Stay Two Stray, Inside outside Circle, Teams Game Tournament, Bamboo Dancing, Point Counter Point, The Power of Two, Listening Team, dan Kancing Gemerincing sama-sama berorientasi pada bentuk-bentuk kerja sama dalam tim sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, mengembangkanan keterampilan sosial, dan toleransi dalam menerima keragaman. Bila dilihat secara keseluruhan, tipe model pembelajaran kooperatif menciptakan suatu kondisi dimana peserta didik terlibat dalam semua aktifitas pembelajaran, peserta didik akan merasa terintegrasi dalam kelompoknya dan termotivasi dalam mencapai tujuan bersama kelompoknya. 

0 komentar:

Post a Comment

 
close