Friday, October 9, 2015


1.KONSEP ETNISITAS

“Etnisitas dan Identitas Bangsa” - Etnisitas berasal dari  kata etnis atau dalam budaya dan bahasa yunani kuno etnos. Istilah etnos menunjukkan suatu yang bersinonim dengan konsep manusia beradap yaitu komunitas masyarakt yang non-Kristiani dan non-Yahudi. Pada dasarnya yang dimaksud etnisiti adalah sekelompok manusia yang memiliki ciri-ciri yang sama dalam hal budaya dan biologis serta bertindak menurut pola-pola yang sama.

    Dari pengertian etnis yang berkembang seperti komunitaas etnis. Handelmen membedakan empat tingkat perkembangan yang dipertunjukkan di dalam komunitas budaya manusia, yakni sebagai berikut:

    1.Kategori Etnis

    Pada tingkat kategori etnis, keterhubungan seseorang dengan masyarakat merupakan suatu ikatanyang agak lonngar dan sekedar suatu gambaran adanya perbedaan budaya antara kelompoknya dengan dunia luar.

    2.Jaringan Etnis

    Pada tingkat jaringan etnis sudah terdapat interaksi yang teratur antara anggota-angoota etnis tersebut sehingga dengan jaringan tersebut terjadi distribusi sumber-sumber anggotanya.

    3.Asosiasi Etnis

    Pada tingkat asosiasi etnis, para anggotanya telah mengembangkan minat yang sama dan membentuk organisasi-organisasi politik dalam pertanyaan-pertanyaan kolektif.

    4.Masyarakat etnis

    Pada tingkat masyarakat etnis, kelompok masyarakat tersebut telah memiliki teriteori yang tetap serta terikat di atas organisasi politiknya. Konsep inilah yang dapt dikatakan sebagai konsep nasion atau bangsa.

    Tipologi Handelman mengenai etnik tersebut mempunyai kekurangan yaitu belum menunjukkan kepada kita mengenai isi dari apa yang disebut etnik tersebut. Schermerhon melengkapi tipologi Handelman dengan mengatakan bahwa suatu kelompok etnis adalah suatu masyarakat kolektif yang mempunyai atau digambarkan memiliki kesatuan nenek moyang, mempunyai pengalaman sejarah yang sama di masa lalu, serta mempunyai fokus budaya di dalam satu atau beberapa elemen-elemen yang simbolik seperti keluarga, ciri-ciri fisik, afiliansi agama dan kepercayaan, bentuk-bentuk dialeg,dan lainnya

    Pada dasarnya kelompok etnis mempunyai enam sifat-sifat sebagai berikut:

    1.Memiliki nama yang khas yang mengidentifikasikan hakikat dari suatu masyarakat, misalnya Suku Dayak, Batak , Melayu dan lainnya

    2.Memiliki suatu mitos akan kesatuan nenek moyang, misalnya bagi suku Minahasa memiliki suatu mitos keluarga super yang berasal dari manusia pertama Toar dan Lumimuut.

    3.Kelompok tersebut mempunyai ingatan historis yang sama, misalnya para pahlawan, kejadian-kejadian tertentu di dalam hari-hari peringatan suku tersebut.

    4.Kelompok tersebut memiliki kesatuan elemen-elemen budaya, misalnya agama, adat  istiadat, bahasa.

    5.Kelompok tersebut terikat dengan suatu tanah tumpah darah baik secara fisik maupun hanya sebagai keterikatan simbolik terhadap tanah leluhur, misalnya pada kelompok-kelompok diaspora

    6.Memiliki suatu rasa solidaritas dari penduduknya.

2.PENDEKATAN TERHADAP ETNISITAS

    Berbagai pakar melihat etnisitas dari berbagai sudut pandang. Perbedaan sudut pandang mengenai konsep tersebut melahirkan pengertian yang berbeda-beda. Berikut dapat dibedakan beberapa penerapan terhadap etnisitas.

    1.Pendekatan Primodialisme

    Dalam pendekatan ini Edward Childs yang mencari berbagai ikatan sosial (personal, primordial, sakral); ikatan-ikatan sosial tersebut dapat dilihat dalam diunia modern. Di dalam hal ini primodialisme dengan kaitannya terhadap agama, bahasa, adat istiadat dan sebagianya. Pandangan ini banyak dikritik karena tidak melihat kepada kemampuan seseorang individu untuk melaksanakan berbgai identitas dalam berbagai situasi.

    2.Pendekatan Instrumentalisme

    Dalam pendekatan ini etnisitas sebagai sumber budaya politik dan sosial dari berbagai kelompok yang berkepentingan di dalam masyarakat. Mereka dapat melihat kompetisi dari kelompok-kelompok elit dalam menguasai sumber-sumber sehingga memanipulasi berbagai simbol untuk memperoleh support dari masyarakat. Pendekatan ini dikritik sebagai pandangan yang terlalu matrealistik.

    3.Pendekatan Transaksionalisme

    Pendekatan ini berupaya untuk menjembatani pandangan sosial psikologis dari Horowitz serta pandangan etno simbolik dari Smith. Pandangan alternatif ini berasal dari Bart yang melihat kelompok etnis sebagai unit yang ditentukan batas-batas sosialnya.  Pandangan ini dikritik karena mengandung kelemahan mengenai kemungkinan terjadinya penyelewengan dari individu serta kemungkinan terbukanya sumber-sumber sosial terhadap kelompok lain.

3.ETNISITAS DALAM SEJARAH MANUSIA

    Istilah etnisitas baru muncul di dalam dunia modern seperti yang dijelaskan, etnisitas telah muncul di dalam sejarah umat manusia sejak lama. Pada abad ke-13 sebelum Masehi dikenal suku-suku Mesir, Sumeria dan lain-lain. Demikian pula sudah mulai mengenal konflik dalam masyarakat. Terkenal juga pada zaman tersebut etnis Yunani dan Yahudi yang mempunyai sejarah tertulis. Dibawah kerajaan Helenistik dan Roma, terjadi pengadopsian nilai-nilai Yunani dan Romawi serta didirikan lembaga politik dan sosial serta mulai lahir apa yang dikenal sebagai “Prejudice” etnis. Perkenalan terhadap etnis juga mulai terlihat di dunia Timur dan Negara-negara Asia. Mulai dikenal kelompok-kelompok etnis berdasarkan agama yaitu Agama Hindu dan Budha. Kemudian kebudayaan tersebut masuk di indonesia yang dikenal dengan pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit merupakan Kerajaan Hindu-Budha dengan etnis Melayu serta Jawa. Di dunia barat terjadi migrasi dari masyarakat Indo-Eropa memasuki benua Eropa membentuk Kerajaan Romawi, munculnya kerajaan-kerajaan berdasarkan etnis. Di Eropa Timur muncul komunitas-komunitas etnik dan negara seperti Kroasia, Polandia, Serbia, Kiev, Moskow.

    Di dalam sejarah terbentuknya kelompok-kelompok etnis sampai bangsa, pakar seperti Meinecke membedakan “Culture nation” dan “State nation”. Di zaman Yunani kuno dibedakan antara negara yang berdasarkan Polis (negara kota) dan Helas yaitu dunia budaya yang membedakannya dengan manusia-manusia bukan Helas yang dianggap masih kurang beradab. Di dalam perkembangan sejarah etnisitas kita lihat betapa penting peranan bahasa.Terlihat di dalam sejarah manusia betapa perbedaan etnis pada zaman kuno telah berubah menjadi masyarakat yang bersatu karena bahasa terutama pada abad pertengahan maka lahirlah nasionalisme bahasa. Demikian pula kita lihat bagaimana kesatuan etnis yang berdasarkan berjenis-jenis motif telah memainakan peranan yang besar serta strategi di dalam kehidupan ekonomi dan politik.

4.IDENTITAS ETNIS DALAM DUNIA MODERN

    Peranan etnisitas di dunia modern mengambil bentuknya yang beranekaragam tergantung kepada kondisi sosial politik. Misalnya peranan etnisitas di dalam kota megalopolis seperti New York adalah kota di Amerika Serikat yang sudah tentu didominasi oleh budaya mainstream yaitu budaya WASP. Di tempat lain kondisi kelompok-kelompok etnis mengambil bentuk tertentu misalnya untuk kelas bawah mereka cenderung mengikat kesatuan di dalam organisassi kemasyarakat yang terikat dengan adat istiadat. Untuk kelas menegah dan tinggi biasanya mereka itu mulai melepaskan diri dari akart etnisnya. Etnisitas bagi kelompok mereka semata-mata tinggal merupakan simbol dan tradisi yang bagi perorangan merupakan pilihan yang opsional.

    Misal di Indonesia, komunikasi dan percampuran antar suku menyebabkan ikatan terhadap etnis-etnis tertentu semakin longgar namun masih tetap menjaga ikatan etnisnya misalnya kelompok dari daerah Aceh, Tapanuli dll. Ada dua ikatan primordial yang memperkuat hubungan etnis dan membentuk etnis ras yaitu agama dan bahasa. Agama memiliki peranan penting dalam mempersatukan kelompok – kelompok masyarakat.  Selain itu Bahasa juga memiliki peranan misal dalam penyebaran agama dengan menggunakan bahasa-bahasa daerah dan hal tersebut telah mempersatukan hubungan etnisitas anggotannya. Di Indonesia kita lihat betapa peranan bahasa Melayu yang telah digunakan sebagai “Lingua Franka” dalam perdagangan Nusantara. seperti kita ketahui bahasa telah diadop sejak Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan. Di sini bisa kita lihat peranan bahasa Indonesia dalammemperkuat dan menyebarkan nasionalisme di Indonesia. Tidak mengherankan apabila ada ungkapan “ Bahasa Menunjukkan Bangsa”.

5.RAS DAN ETNISITAS

    Salah satu hal yang sangat menonjol di dalam mewujudkan etnisitas adalah ras. Terkenal penelitian Furnivall mengenai masyarakat kolonial di Asia Selatan termasuk di Indonesia. Di dalam penelitian ini dia membedakan antara masyarakat yang secara homogen mempunyai budaya yang sama dan mempunyai nilai-nilai normatif yang mempersatukannya, dan yang kedua adalah masyarakat yang terbagi-bagi atas banyak etnik dan berjenis budaya namun diikat menjadi kesatuan melalui paksaaan. Konsep ras yang yang dikaitkan dengan konsep etnisitas tidak hanya berlaku dalam masyarakat Eropa tetapi juga masyarakat Timur dimana dipengaruhi dengan ide rasial dengan superioritas.

6.KONFLIK ETNIS DAN NASIONALISME

    Rasa solidaritas etnis merupakan dasar dari banyak konflik di dalam sejarah umat manusia. Pada masa kolonial kita lihat bagaimana pemerintah kolonial telah mengseksploitasi etnis di dalam memperkuat cengkeramannya terhadap rakyat jajahan.

    Sentimen etnis juga masih di dalam dunia modern, seperti di Amerika Latin. Penduduk asli (suku Indian) banyak mengadakan gerakan-gerakan terhadap negara seprti Peru, Bolivia, Mexico.

    Menghadapi konflik etnis di dalam suatu negara tehadap beberapa cara mengatasinya: 1) Menghilangkan konflik (conflict elimination) 2) Mengelola konflik (conflict management). Dengan conflict management dapat terjadi partisipasi dengan lahirnya negara-negara baru seperti yang terjadi pada waktu partisi Pakistan dan India. Dapat juga terjadi pemindahan penduduk secara besar-besaran. Dalam cara yang kedua dititikberatkan kepada terciptanya kontrol yang hegemonis. Dalam keadaan ini tejadi terbentuknya negara federal, atau terjadi akomodasi terhadap tuntunan-tuntunan etnis dalam rangka menjaga integritas bangsa.

7.ETNISITAS DI DALAM ERA GLOBALISASI

    Etnisitas dalam era globalisasi kelihatan semakin berkurang peranannya di dalam kehidupan bersama yang semakin menyatu. Batas-batas negara semakin renggang dan komunikasi antar manusia semakin cepat dan intens. Dunia berubah dengan cepat sehingga kemungkinan besar tidak ada lagi budaya yang dianggap dominan.

    Pertukaran budaya semakin mudah dan terbuka karena pendidikan dan komunikasi, hubungan antar manusia semkain erat dan menghilangkan berbagai jenis prejudice. Di pihak lain etnisitas ternyata masih berperan dalam era globalisasi. Masyarakat terbuka oleh teknologi informasi telah melahirkan kesadaran individu. Humanitas mulai muncul kembali dan salah satu ciri utama dari humanitas ialah memiliki identitas diri sendiri. Timbulnya keinginan untuk ingin diakui oleh orang lain karena mempunyai kebudayaan sendiri dan bukan nilai0nilai global yang tanpa makna.

    Etnisitas dalam abad 21 mempunyai makna yang semakin berbobot. Sejalan dengan perkembangan kehidupan demokrasi, setiap manusia atau kelompok masyarakat memiliki hak untuk hidup dan memelihara kebudayaannya sendiri. Pengakuan terhadap berbagai macam kebudayaan dalam suatu negara merupakan suatu cara hidup berbangsa yang modern. Inilah yang dikenal dengan multikulturalisme.

    Paham multikulturalisme bekaitan erta dengan etnistas. Multikulturalisme di dalam perkembangan etnisitas dewasa ini tentunya bukan lahir secara sendirinya. Kesadaran seseorang terhadap budayanya serta kebanggaan dalam meilikinya di dalam ikatan dengan komunitasnya merupakan hasil dari perkembangan pribadi seseorang. Inilah yang dikenal dengan pendidikan multikulturalisme.
   
    Uraian mengenai etnisitas di atas menunjukkan kepada kita bahwa tidak selalu etnisitas berkatan dengan konflik dalam masyarakat, baik konflik horizontal maupun konflik vertikal. Keteruraian etnisitas di dalam masyarakat modern lebih-lebih di negara sedang berkembang berkaitan erat dengan kepemimpinan baik pemimpin formal maupun informal. Oleh sebab itu peranan pemerintah, pemimpin-pemimpin masyarakat sangat menentukan di dalam menimbulkan sentimen yang positif maupun yang destruktif dari etnisitas di dalam pembangunan masyarakat.

8.IDENTITAS ETNIS

    Konsep yang sangat erat kaitannya dengan etnisitas yaitu identitas. Meskipun kata identitas sangat populer dan sangat disukai penggunssnnya terutama di bidang politik dan percaturan antar bangsa, namun demikian konsep identitas yang dikaitkan etnisitas sangat bermacam-macam.

    Identitas berarti pula identik dengan sesuatu. Justru sesuatu itulah yang merupakan hal yang kurang jelas dan telah dijadika sebagai titik tolak penilaian terhadap objek tertentu. Namun demikian banyak kali terjadi generalisasi yang berlebihan. Stereotip-stereotip yang mengidentikkan suatu etnis dengan sifat-sifat tertentu banyak kai atau tidak terlepas dari perkembangan sejarah suatu etnis atau masyarakat.

9.RAS DAN ETNISITAS

    Di dalam literatur kita temukan ras dikaitkan dengan identitas biologis, sedangkan etnisitas dikaitkan dengan identitas budaya. Politik kolonial yang melahirkan identitas legal secara langsung atau tidak langsung telah mempererat sentimen etnis atau kesukuan. Dalam politik kolonia hal tersebut dikenal dengan politik devide et impera. Politik kolonia dalam pementukan identitas nasional tampak bekas-bekasnya di dalam pembentukan negara Indonesia. Dalam UUD 1945 sebelum diamandemenkan disyaratkan bahwa seorang presiden haruslah seorang Indonesia asli. Di dalam amandemen UUD 1945 syarat-syarat tersebut hanya dikatakan dalam pasal 6 “Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya.” Rumusan tersebut telah menghilangkan keraguan-keraguan mengenai keaslian warga negara Indonesia.

    Pembedaan antara warga negara asli dan warga negara keturunan telah mempunyai dampak yang sangat luas di dalam kehidupan masyarakat. Pengertian etnisitas lebih merupakan pengertian budaya yang memberikan sumbangan terhadap identitas berbangsa yaitu berbangsa Indonesia yang bersatu.

    Dengan dimensi-dimensi etnisitas di atas maka sukar untuk merumuskan suatu definisi yang memuaskan semua pihak. Ternyata identitas etnis sangat tergantung pada dimensi apa yang digunakan seseorang untuk menggunakan identitas-identitas tersebut. Identitas etnis ternyata merupakan suatu konstruksi sosial.

0 komentar:

Post a Comment

 
close