- PENGERTIAN MODEL THINK PAIR SHARE
Model Pembelajaran TPS (Think, Pair dan Share) - Strategi Think Pair Share (TPS) atau berfikir
berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi Think Pair Share (TPS) ini
berkembang dari penelitian belajar koopertif. Strategi Think Pair Share (TPS)
pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas
Marryland.
Arends menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS)
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam Think
Pair Share (TPS) dapat memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berfikir,
untuk merespon dan saling membantu (Trianto, 2007:61).
Dikemukakan juga oleh Lie
(2002:57) bahwa, “Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi siswa
kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain”.
Sedangkan menurut gunter
Think-Pair-Share adalah pembelajaran dengan cara siswa saling belajar satu sama
lain dan mendapatkan jalan keluar dari ide mereka setelah berdiskusi dan
membuat ide mereka untuk didiskusikan dalam seluruh kelas (Gunter, 1999).
Hal senada juga disampaikan oleh
Ibrahim, dkk, mereka menyatakan bahwa TPS (Think- Pair-Share) atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi)
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Think-Pair-Share menghendaki siswa bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan
kooperatif, dari pada penghargaan individual ( Ibrahim dkk : 2000 ).
Model pembelajaran Think Pair Share merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Dengan model pembelajaran ini
siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai
pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Think
Pair Share dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini
menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil.
Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa
lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di
depan kelas. Selain itu, Think Pair Share juga dapat memperbaiki rasa percaya
diri dan semua siswa diberi kesempatan berpartisipasi dalam kelas.
- CIRI MODEL PEMBELAJARAN THINK, PAIR DAN SHARE
Ciri utama pada
model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah tiga langkah
utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Yaitu langkah think
(berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan
share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).
1.
Think (berpikir
secara individual)
Pada tahap
think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan
atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan
jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa
sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus
diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan
waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang
diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.
Kelebihan dari
tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum
pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi
masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas
untuk dikerjakan sendiri.
2.
Pair
(berpasangan dengan teman sebangku)
Langkah kedua
adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa
yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban
bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban
mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena
siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.
3. Share (berbagi
jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada langkah
akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran
mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan
menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang
lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut
memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari
langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua
kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan
berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar
mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.
- TAHAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
Langkah-langkah
(syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share terdiri dari lima
langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan
share.
Kelima tahapan
pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat
dilihat pada tabel berikut:
Fase atau Tahapan
|
Perilaku guru
|
Fase 1 : Memberikan orientasi kepada peserta didik
|
Guru menjelaskan aturan main
dan batasan waktu untuk tiap
kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
- Guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
|
Fase 2:
Think (berfikir secara
individu)
|
-
Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi
- Guru
memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa
- Siswa
mengerjakan LKS tersebut secara individu
|
Fase 3:
Pair (berpasangan dengan
teman sebangku)
|
- Siswa
dikelompokkan dengan teman sebangkunya
- Siswa
berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan
|
Fase 4:
Share (berbagi jawaban dengan
pasangan lain)
|
- Satu
pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh
siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.
|
Fase 5:
Penghargaan
|
- Siswa
dinilai secara individu dan kelompok
|
Penjelasan dari setiap langkah
adalah sebagai berikut:
1.
Tahap
pendahuluan
Awal
pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa
agar pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan
aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.
2.
Tahap think
(berpikir secara individual)
Proses think
pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi
awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru
untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang
diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar
siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
3.
Tahap pair
(berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini,
guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan
setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak
pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya.
Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai
jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki
kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.
4.
Tahap share
(berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada tahap ini,
siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif
kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat
memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.
5.
Tahap penghargaan
Siswa mendapat
penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu
berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok
berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi
memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.
- KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR DAN SHARE
Sanjaya (2006) menyatakan bahwa
keunggulan pembelajaran Kooperatif sebagai suatu model pembelajaran
diantarannya adalah sebagai berikut:
1.
Melalui model
pembelajaran kooperatif peserta didik tidak terlalu menggantungkan pada guru,
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari peserta didik yang lain.
2.
Model
pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide
orang lain.
3.
Model
pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4.
Model
pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap peserta didik untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
5.
Model
pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga
diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan
keterampilan me-manage waku, dan sikap positif terhadap sekolah.
6.
Melalui model
pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Peserta didik dapat memecahkan
masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah
tanggung jawab kelompoknya.
7.
Model
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8.
Interaksi
selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangka panjang.
E.
KELEMAHAN MODEL PEMBELAJARAN
THINK PAIR SHARE
Adapun
kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sangat
sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu
yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008:
12).
Menurut
Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri
dari 2 orang siswa) adalah:
1. Pembelajaran
yang baru diketahui, kemungkinan yang dapat timbul adalah sejumlah siswa
bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, dan bisa saling mengganggu
antar siswa.
2. Siswa-siswa
yang pasif, dengan metode ini akan ramai dan bahkan memngganggu temannya.
3. Siswa
yang seharusnya menyelesaikan permasalahan dengan teman pasangannya, seringkali
masih suka membicarakan kegiatan di luar materi pelajaran, menggantungkan pada
pasangan dan kurang aktif dalam menemukan penyelesaian serta menanyakan jawaban
dari soal tersebut pada pasangan atau kelompok yang lain.
4. Jumlah
siswa di dalam kelas juga berpengaruh. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada
pembentukan kelompok, hal ini bisa memperlambat proses diskusi. Pasangan lain
telah menyelesaikan sementara satu siswa tidak mempunyai pasangan.
5. Ketidak
sesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaanya. Hal ini
dikarenakan siswa suka megulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum
selesai, sehingga berdampak siswa kurang menunjukkan kemampuan yang
sesungguhnya.
6. Metode
pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.
7. Sangat
memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru. Guru harus menyusun bahan ajar
setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir
anak.
8. Mengubah
kebiasaan siswa belajar dari cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar
berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan
sendiri bagi siswa.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Pembelajaran Think Pair Share merupakan suatu cara
yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Pembelajaran
kooperatif tipe TPS merupakan pembelajaran kelompok dimana siswa diberi
kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain.
Pembelajaran TPS membimbing siswa untuk memiliki tanggung
jawab individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya. Prosedur
tersebut telah disusun dan dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk dapat berpikir dan merespon yang
nantinya akan membangkitkan partisipasi siswa.
Pelaksanaan Think Pair Share meliputi tiga tahap
yaitu Think (berpikir), Pairing (berpasangan), dan Sharing (berbagi).
B.
SARAN
Pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat digunakan sebagai
pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan
masalah.Dalam proses pembelajaran masih memerlukan adanya perbaikan yaitu guru
dapat lebih memberikan pengarahan kepada kelompok dan kepada tiap individu yang
masih mengalami kesulitan, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan
memotivasi siswa agar siswa antusias dalam pembelajaran sehingga suasana kelas
menjadi lebih tertib, terkendali, dan kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. 1997. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: CV Pustaka Setia
Djamarah, Saeful Bakhri dan Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Triyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Kontruktivistik: Konsep, Landasan, Teristik-Praktis dan Implementasinya.
Jakarta: Prestasi Pustaka
http://ufitahir.wordpress.com/2013/09/24/modelpembelajarankooperatiftps/
0 komentar:
Post a Comment