Friday, October 9, 2015

  1. PENGERTIAN MODEL THINK PAIR SHARE
Model Pembelajaran TPS (Think, Pair dan Share) - Strategi Think Pair Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi Think Pair Share (TPS) ini berkembang dari penelitian belajar koopertif. Strategi Think Pair Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Marryland.
Arends menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam Think Pair Share (TPS) dapat memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berfikir, untuk merespon dan saling membantu (Trianto, 2007:61).
Dikemukakan juga oleh Lie (2002:57) bahwa, “Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain”.
Sedangkan menurut gunter Think-Pair-Share adalah pembelajaran dengan cara siswa saling belajar satu sama lain dan mendapatkan jalan keluar dari ide mereka setelah berdiskusi dan membuat ide mereka untuk didiskusikan dalam seluruh kelas (Gunter, 1999).
Hal senada juga disampaikan oleh Ibrahim, dkk, mereka menyatakan bahwa TPS (Think- Pair-Share) atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think-Pair-Share menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual ( Ibrahim dkk : 2000 ).
Model pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Think Pair Share dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok-kelompok kecil.
Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan berpartisipasi dalam kelas.

  1. CIRI MODEL PEMBELAJARAN THINK, PAIR DAN SHARE
Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Yaitu langkah think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas).

1.      Think (berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

2.      Pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain.

3.   Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran.

  1. TAHAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE
­Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share.
Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat dilihat pada tabel berikut:

Fase atau Tahapan
Perilaku guru
Fase 1 : Memberikan orientasi kepada peserta didik
Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap
     kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
-    Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
Fase 2:
Think (berfikir secara individu)
-   Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi
-   Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa
-   Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu
Fase 3:
Pair (berpasangan dengan teman  sebangku)
-   Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya
-   Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan
Fase 4:
Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain)
-   Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru.
Fase 5:
Penghargaan
-   Siswa dinilai secara individu dan kelompok
Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut:
1.      Tahap pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar  pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.
2.      Tahap think (berpikir secara individual)
Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.

3.      Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

4.      Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas)
Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.

5.      Tahap penghargaan
Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.

  1. KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR DAN SHARE
Sanjaya (2006) menyatakan bahwa keunggulan pembelajaran Kooperatif sebagai suatu model pembelajaran diantarannya adalah sebagai berikut:
1.      Melalui model pembelajaran kooperatif peserta didik tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari peserta didik yang lain.
2.      Model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
3.      Model pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4.      Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5.      Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waku, dan sikap positif terhadap sekolah.
6.      Melalui model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Peserta didik dapat memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
7.      Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8.      Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan berfikir. Hal ini berguna untuk pendidikan jangka panjang.
  
           E.     KELEMAHAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE 
Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12).
Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa) adalah:
1.      Pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan yang dapat timbul adalah sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, dan bisa saling mengganggu antar siswa.
2.      Siswa-siswa yang pasif, dengan metode ini akan ramai dan bahkan memngganggu temannya.
3.      Siswa yang seharusnya menyelesaikan permasalahan dengan teman pasangannya, seringkali masih suka membicarakan kegiatan di luar materi pelajaran, menggantungkan pada pasangan dan kurang aktif dalam menemukan penyelesaian serta menanyakan jawaban dari soal tersebut pada pasangan atau kelompok yang lain.
4.      Jumlah siswa di dalam kelas juga berpengaruh. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada pembentukan kelompok, hal ini bisa memperlambat proses diskusi. Pasangan lain telah menyelesaikan sementara satu siswa tidak mempunyai pasangan.
5.      Ketidak sesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaanya. Hal ini dikarenakan siswa suka megulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum selesai, sehingga berdampak siswa kurang menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya.
6.      Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.
7.      Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru. Guru harus menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak.
8.      Mengubah kebiasaan siswa belajar dari cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.

BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Pembelajaran Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan pembelajaran kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling membantu dengan teman yang lain.
Pembelajaran TPS membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab individu dan tanggung jawab dalam kelompok atau pasangannya. Prosedur tersebut telah disusun dan dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat memberikan waktu yang lebih banyak kepada siswa untuk dapat berpikir dan merespon yang nantinya akan membangkitkan partisipasi siswa.
Pelaksanaan Think Pair Share meliputi tiga tahap yaitu Think (berpikir), Pairing (berpasangan), dan Sharing (berbagi).

B.     SARAN
Pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat digunakan sebagai pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan masalah.Dalam proses pembelajaran masih memerlukan adanya perbaikan yaitu guru dapat lebih memberikan pengarahan kepada kelompok dan kepada tiap individu yang masih mengalami kesulitan, melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan memotivasi siswa agar siswa antusias dalam pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi lebih tertib, terkendali, dan kondusif.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia
Djamarah, Saeful Bakhri dan Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Triyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik: Konsep, Landasan, Teristik-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka
http://ufitahir.wordpress.com/2013/09/24/modelpembelajarankooperatiftps/

0 komentar:

Post a Comment

 
close